Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun 1980, kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang. Angka tersebut cukup mengerikan karena bersaing keras dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung, kanker, AIDS, dan lain sebagainya.
Pada tahun 2000 angka kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai 57.000 orang per tahunnya. Jadi selama 20 tahun angka kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara meningkat mendekati angka 14% atau mendekati 0,7% per tahunnya. Selain itu kerugian materi yang disebabkan oleh pencemaran udara, apabila diukur dengan uang, dapat mencapai sekitar 12-16 juta dollar per tahunnya, atau sekitar 200 Milyar Rupiah. Suatu angka yang sangat berarti jika digunakan untuk kesejahteraan manusia.
Kerusakan Ozon dan Efek Rumah Kaca
Lapisan ozon adalah lapisan atmosfer bumi yang berfungsi sebagai pelindung dari sinar ultraviolet yang datang berlebihan dari matahari. Apabila lapisan ozon rusak maka sifat ozon sebagai penyaring ultraviolet tidak akan berfungsi lagi. Sinar ultraviolet yang tidak tersaring oleh lapisan ozon ini akan terus-menerus ke bumi sehingga dapat merusak kulit manusia.
Selain mengakibatkan kanker kulit, ultraviolet juga mengakibatkan naiknya suhu di bumi. Bila hal ini terjadi berarti bumi sudah tidak akan nyaman lagi bagi kehidupan makhluk hidup, terutama manusia. Kenaikan suhu ini akan menyebabkan mencairnya es yang ada di kutub. Es yang mencair mengakibatkan jumlah volume air di bumi meningkat dan permukaan air lait akan naik. Garis pantai akan bergeser maju hingga tempat-tempat yang berada disekitar pantai akan tenggelam.
Kerusakan lapisan ozon disebabkan karena bereaksi dengan radikal Chlor. Radikal chlor berasal dari senyawa CFC atau Chloro Flouro Carbon yang banyak digunakan sebagai bahan pendingin AC, lemari es, dan penyemprot parfum.
Ac dan lemari es pada saat ini merupakan kebutuhan bagi sebagian orang. Bahkan, sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok. Semakin banyak yang menggunakan barang-barang tersebut maka akan semakin lebar lubang ozone di atmosfer.
Pencemaran udara juga mengakibatkan kenaikan suhu bumi atau sering disebut Efek Rumah Kaca atau Greenhouse Effect. Efek rumah kaca dapat terjadi akibat meningkatnya jumlah karbon diokasida (CO2) di udara. Konsentrasi karbon dioksida di bumi semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya penggunaan bahan bakar fosil untuk mencukupi kebutuhan energi dunia. Karbon dioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil akan mengumpul pada lapisan tertentu di atmosfer bumi, membentuk semacam perisai. Adanya perisai ini menyebabkan panas yang keluar dari bumi tidak dapat dengan bebas keluar dari lapisan atmosfer, sebaliknya karbon dioksida akan dikembalikan lagi ke bumi.
Lapisan karbon dioksida tersebut seolah-olah berfungsi sebagai reflektor terhadap panas dari bumi. Panas yang dikembalikan ini akan membuat suhu bumi semakin naik. Hal inilah yang menyebabkan pengaruh lapisan karbon dioksida terhadap kenaikan suhu bumi disebut sebagai efek rumah kaca. Akibat dari efek rumah kaca sama dengan akibat rusaknya ozon, yaitu naiknya permukaan air laut karena mencairnya es di kutub.
Pada tahun 1980 kadar karbon dioksida pada atmosfer bumi tercatat sebesar 335 ppm. Kadar CO2 itu sudah jauh lebih tinggi dari kadar CO2 sekitar 100 tahun lalu yang hanya sekitar 290 ppm. Atas dasar inilah para ahli memperkirakan bahwa setiap 40 tahun akan terjadi suatu perubahan iklim di bumi ini. Perubahan iklim tersebut antara lain ditandai dengan naiknya suhu bumi sekitar 0,5'C setiap 40 tahunnya. Apabila kenaikan kadar CO2 tidak bisa dicegah maka bencana kenaikan suhu bumi dapat terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Menginat akan hal ini maka para ahli mulai memikirkan pemakaian energi yang bersih tanpa menimbulkan gas CO2. Pemikiran tersebut antara lain berupa usaha pemanfaatan lebih banyak panas bumi (geothermal) untuk membangkitkan listrik. Usaha ini juga dicoba untuk tenaga air, angin, konversi gradien panas laut, matahari, dan nuklir.
Masalah Hujan Asam
Air hujan biasanya bersifat asam, dengan pH sekitar 5,7. Hal tersebut terjadi karena air hujan tersebut melarutkan gas CO2 yang terdapat di udara, membentuk asam karbonat (H2Co2).
CO2 + H2O = H2CO2
Air hujan dengan pH yang lebih rendah dari 5,7 disebut hujan asam. Polutan yang menyebabkan hujan asam adalah oksida belerang (SO2 dan SO3) dan Nitrogen dioksida (NO2). Oksida-oksida tersebut larut dalam air membentuk asam sulfit, asam sulfat, asam nitrit, dan asam nitrat. Hujan asam biasanya turun di kota-kota industri ata daerah sekitarnya. Akan tetapi juga bisa terjadi di daerah yang berada beberapa kilometer dari daerah industri karena polutan tertiup angin. Hujan asam menimbulkan berbagai masalah lingkungan, terutama terhadap tumbuhan, biota air, dan bangunan.
a. Kerusakan Hutan
Hujan asam membuat tanah menjadi bersifat asam dan tidak baik bagi tumbuhan. Pada saat yang sama, hujan asam membebaskan ion aluminium yang merupakan racun bagi tumbuhan dan banyak merusak vegetasi hutan.
b. Kematian Biota Air
Air di berbagai sungai dan danau menjadi asam karena hujan asam. Ikan dan tumbuhan air tidak dapat hidup dalam air yang bersifat asam. Ion aluminium juga mengganggu mekanisme insang ikan, sehingga ikan akan kekurangan oksigen dan mati.
C. Kerusakan Bangunan
Hujan asam berakibat buruk terhadap bahan bangunan biasa, sepeti batu kapur, marmer, dan beton. Bahan bangunan tersebut, sedikit atau banyak, mengandung kalsium karbonat (CaCO3) yang larut dalam asam.
Kabut Foto Kimia (Photo Chemistry Smog)
Smog adalah gabungan dari kata smoke dan fog. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan dan cairan yang terhambur melayang di udara. Sedangkan fog (kabut) adalah aerosol yang berupa butiran-butiran air yang berada di udara. Istilah smog banyak digunakan di Inggris dan Amerika, sehingga ada istilah London smog dan Los Angeles smog.
Kabut terjadi jika udara panas yang mengandung uap air tiba-tiba mengalami pendinginan, sehingga sebagian uap air mengalami kondensasi. Jika asap bergabung dengan kabut, maka kabut menghalangi asap naik. Akibatnya, asap tetap berada di sekitar kita yang kemudian terhirup ke paru-paru. Asap mengandung partikel yang dapat mengiritasi paru-paru dan membuat kita batuk. Asap juga mengandung belerang dioksida (SO2). Gas ini dapat bereaksi dengan oksigen dan uap air membentuk asam sulfat. Asam sulfat akan mengiritasi paru-paru sehingga menghasilkan banyak lendir. Selain itu, kabut mengandung berbagai jenis gas yang terbentuk dari serentetan reaksi kimia, diantaranya ozon, aldehida, dan peroksiaretil nitrat (IAN).
Peroxy Acetyl Nitrates (PAN) dapat berupa cairan tak berwarna yang mempunyai berat molekul 121. PAN menyebabkan iritasi terhadap mata sehingga terasa pedih. Terhadap tanaman, PAN dapat merusak pertumbuhan dan mengakibatkan kerugian materi.